Imbas Pandemi Pengrajin Kian Kesulitan Menjual Alat
MAGELANGEKSPRES.COM,WONOSOBO – Porsi industri lokal Wonosobo terbesar sampai saat ini diyakini ada di sektor pengolahan carica yang memiliki ketergantungan tinggi atas peralatan untuk pengemasan makanan. Meskipun sejak awal produksi carica sudah marak memproduksi peralatan seperti cup sealer ataupun mesin press plastik, kini jumlahnya kalah dengan mesin buatan pabrik. Padahal harga yang ditawarkan cukup bersaing dibanding alat buatan pabrik Permasalahan itu menjadi salah satu hal yang diharapkan pengusaha lokal untuk bisa didukung pemerintah lewat stimulasi para pengerajin alat lokal. Seperti diungkapkan Ahmad Sujudi yang selama masa pandemi ini hampir tidak pernah mendapatkan pesanan sama sekali dari Wonosobo. “Untuk saat ini masuk bulan ke 9 belum ada pesanan. Rata-rata hanya servis atau pembuatan alat lain. Kalau alat pres maupun cup sealer kebanyakan hanya buatan pabrik yang dicari. Mulai harga Rp400.000 sampai satu jutaan banyak. Tapi kualitasnya sangat buruk, belum sampai setahun rusak,” katanya kemarin (15/2). Imbas lain dari pandemic diungkapkan Ahmad juga pada minimnya pemasukan dari pekerjaan lain seperti servis alat-alat produksi. Hal itu juga diakibatkan karena beberapa UMKM berhenti berproduksi sementara. Selain itu, modal yang dimiliki para pengerajin juga kian menipis. Baca Juga TEA Mertoyudan Kirim Logistik ke Dusun Babadan, Menjadi Hak Pengungsi Merapi “Untuk biaya pembuatan cup sealer biasanya di kisaran dua juta rupiah untuk produksi sedang atau per harinya paling banyak 1.000 kemasan. Margin keuntungan yang didapatkan juga tidak seberapa dibanding bahan bakunya yang semakin mahal,” katanya. Sementara itu dari sisi pemilik usaha rumahan yang sehari-harinya membutuhkan alat-alat produksi diakui memang sangat bergantung pada mesin buatan pabrik. Selain lebih murah, diungkapkan Ridwan, pemilik industri manisan carica di kawasan Mlandi Garung, beberapa spek yang diminta juga bisa dipenuhi oleh produsen. “Di satu desa kadang yang punya alat kemas hanya sedikit dan digunakan bergantian. Di desa biasanya juga dilakukan rantai produksi agar lebih murah. Maklum kami masih skala kecil dan ada banyak produk, seperti produk keripik sampai olahan jenang. Untuk satu mesin produksi bisa setara keuntungan tiga sampai lima bulan,” katanya. (win)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: